di kesunyian malam;
seseorang tidak mampu menjawab pertanyaan diam membisu;
jeritan terlipat pada bayi kecil tergeletak sepi membarisi jumlah kematian
oh sungguh sakitnya peradaban manusia kini!
aku merindui senyummu yang senantiasa meminjam kecantikan bianglala
atau sekuntum mawar yang lazimnya kauselitkan secebis harapan
walaupun jarak memisahkan kita yang sangat pahit untuk ditelan
namun engkau masih tetap akrab dengan hati
seperti laut dan ombak
seperti bunga dan madu
anak-anak yang ada bersamamu adalah pertanda
bahawa kita pernah menganyam cinta biru di langit
maka bimbinglah mereka agar jiwanya penuh dengan Tuhan yang Satu
yang boleh menyedarkannya dari tidur
tentang asal-usul diri, dari mana datang
dan ke mana titik kesudahan nanti
anak-anak itu sesungguhnya pelita kita
bila mata terpejam besok
biarlah mereka tak lupa mendoakan
kesejahteraan kita di alam abadi
karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.