Penaja

1.4.02

CALAR (ZULKIFLI)

Khamis, November 05, 2009

( i )
di balik rusuk diri yang tulen
kau sembunyikan setiap calar
agar pahit wajahmu
rapi pada setiap cermin
yang membias diri itu juga.

( ii )
kepada cermin yang enggan berkata
jangan deraikan iras wajah milikmu
sejuta calar sekalipun
kau tetap jernih
dalam ladang kenangan.

ZULKIFLI BIN MOHAMED
Geliga, Darul Iman

04 Oktober 2009.

Selasa, Mei 26, 2009

KOTA PUISI

di sini
hanya wujud huruf-huruf
dibuntingi oleh nikmat rasa
mungkin aku
engkau juga mungkin
bernafas di celah-celah huruf-huruf ini.

ZULKIFLI BIN MOHAMED
Kemaman, Darul Iman
09 September 2005.

1.2.02

Penyair Timur Tengah iii

Kesedihan Itu ~ Hafiz al-Shirazi

Julai 3, 2008

Aku beruntung dari cinta kesedihan itu, usah ditanya
Racun perpisahan buat ditelan, itu usah ditanya.

Dari rindu dalam menemukan debu di pintu rumah-Mu
Kumiliki mata menitis tangis, itu usah kau tanya.

Kenapa kau gigit bibir dan berkata: “Usah bicara!”
Sudah kugetap bibir delima ‘bgitu bercahaya, itu usah

ditanya.

Di kamar kecil pengemisku, tanpa-Mu
kuderitai kesedihan dahsyat, itu usah ditanya.

Bagai orang asing, Hafiz di sepanjang jalan cinta
Aku tiba di tahap baru, namun itu usah ditanya.

Hafiz al-Shirazi, Tongue of Hidden 1988:60
Terjemahan: Dato Dr Ahmad Kamal Abdullah (Kemala)


Tanah Airku

April 14, 2008

Tanah airku tanah airku
Kemuliaan dan keindahan
Ketakjuban dan kemanisan
Di bukit-bukitmu
Kehidupan dan penyelamatan
Keseronokan dan harapan
Di dalam udara anda
Dapatkah aku melihatmu?
Selamat dan selesa
Dalam keadaan baik dan dihormati
Dapatkah aku melihatmu?
Di kegemilanganmu
Menuju bintang-bintang
Tanah airku
Tanah airku
Kaum belia tidak akan letih
Matlamat mereka adalah kemerdekaanmu
Atau mereka rela mati
Kita akan minum dari kematian
Tetapi kita tidak akan menjadi hamba musuh-musuh kami
Kita tidak mahu
Satu penghinaan yang abadi
Atau satu kehidupan yang sedih
Kita tidak mahu
Tetapi kita akan mendirikan semula
Kemuliaan kita yang agung
Tanah airku
Tanah airku
Pedang dan dakwat
Adalah simbol-simbol kita
Tidak bercakap ataupun berkelahi
Kemuliaan dan perjanjian rasmi kita
Dan kewajipan untuk berterus-terang
Menggoncang kita
Kegemilangan kita
Adalah satu tujuan yang mulia
Dan panji-panji berkibar
Mengkagumi kebahagiaanmu
Di puncak kemuliaanmu
Mengalahkan musuh-musuhmu
Tanah airku
Tanah airku

——————

“Mawtini” (Tanah Airku) (Arab: موطني) adalah sebuah puisi popular yang dicipta oleh seorang penyair terkenal Palestin, Ibrahim Touqan (Arab: إبراهيم طوقان) sekitar 1934 di Palestin dan menjadi lagu kebangsaan tidak rasmi Palestin. Muzik asal dicipta oleh Muhammad Fuliefil (Bahasa Arab: محمد فليفل). Bertahun, lagu ini menjadi sangat popular di dunia Arab.

Baru-baru ini, ia dijadikan sebagai lagu kebangsaan Iraq, menggantikan lagu lama, Ardh Alforatain.

Diambil daripada “http://ms.wikipedia.org/wiki/Mawtini


Puisi Yunus Emre (1238-1321)

Februari 29, 2008

Cinta adalah mazhab dan agamaku.
Saat mataku melihat wajah Sang Sahabat,
semua derita menjadi riang.

Ini, Rajaku,
kupersembahkan diriku pada-Mu.
Sejak mula hingga akhirnya
segala harta kekayaanku hanya diri-Mu.

Awal akal dan jiwa ini,
ketika jarak bermula
adalah bersama-Mu.
Engkaulah ujungnya, dan segala diantaranya
Aku hanya bisa maju ke arah-Mu.

Jalanku adalah dari-Mu, menuju-Mu.
Lidahku bicara tentang-Mu, dalam diri-Mu.
Walau begitu, tanganku tak bisa menyentuh-Mu.
Pemahaman ini mempesonakan daku.

Tak bisa lagi kusebut diriku “aku”.
Tak bisa lagi kusebut siapapun “engkau”.
Tak bisa kubilang ini hamba dan itu raja.
Itu takkan masuk akal.

Sejak kudapatkan cinta dari Sang Sahabat
alam ini dan alam berikutnya menyatu.
Kalau kau bertanya tentang awal yang tak berpangkal
dan akhir yang tak berujung,
itu hanya siang dan malam bagiku.

Tak bisa lagi aku berduka
atau hatiku bermuram durja,
karena suara kebenaran telah didengar,
dan aku kini dalam pesta pernikahanku.

Jangan biarkan aku mengembara dari cinta-Mu,
jangan biarkan aku meninggalkan pintu-Mu,
dan jika aku kehilangan diriku,
biarlah kutemukan dia sedang bersama-Mu.

Sang Sahabat menyuruhku kemari.
Pergi dan lihatlah dunia, katanya.
Aku telah datang dan menyaksikan
alangkah indahnya ia ditata.
Tapi mereka yang mencintai-Mu tak berhenti disini.

Dia katakan pada para hamba-Nya,
Esok kan Kuberi kalian surga.
Esok yang itu adalah hari-ini ku.

Siapa lagi yang mengerti kebenaran dan penderitaan ini?
Dan andai pun terpahami,
itu takkan terkatakan.
Maka kuhadapkan wajahku pada-Mu.

Engkaulah kehidupan dan alam semesta,
harta yang dirahasiakan.
Segala raih dan lepas adalah dari-Mu.
Tindakanku tak lagi jadi milikku.

Yunus menghadapkan wajahnya pada-Mu
melupakan dirinya.
Dia sebut setiap kata bagi-Mu.
Engkaulah yang menjadikannya bicara.

Oleh Yunus Emre
Diterjemahkan oleh Herry Mardian, dari “The Drop That Became The Sea”, Kabir Helminski (trans.)

Link asal: http://suluk.blogsome.com/2005/06/08/puisi-yunus-emre/


Cinta ~ Attar

Februari 21, 2008

Kalau matamu terbuka untuk melihat cinta,
kau jadi ceria dan menarik perhatian.

CintaNya memberiku iman dan keraguan
CintaNya adalah nyala api dihatiku
kalau tak seorang bersamaku dalam duka
cukuplah bagiku mengadu kepada Cinta

Cinta memandikanku di dalam air mata,
Dari tabir itu saya diusir oleh rambut ikalnya.

~ Fariduddin Attar


Kesabaran ~ Attar

Februari 20, 2008

Rendah hatilah dan tirulah sifat diamnya emas
dengan sabar melangkahlah di jalan itu
nanti datang padamu buah kesabaran,

Kunci emas yang akan membuka gerbang
fikirkan Tuhan dengan sabar
maka kau pun akan menemukanNya di hakikatmu.

~ Fariduddin Attar


Langkah Awal Cinta ~ Hafiz al-Shirazi

Disember 24, 2007

Hai, sini pembawa anggur, keliling beri piala begini
Untuk langkah awal cinta nampak mudah, kini masalah menerjah

Akhirnya angin mengirim bau lenggai kasturi dari dahi
Gumpalan rambut kasturi darah membeku di hati hari ini

Bisakah salik kekal ceria dan selamat di rumah yang Tercinta
Pabila, tiba-tiba loceng berdenting “Tinggalkan bebanmu, pergi!”

Dengan anggur membasah sejadah kalau Tuhan mengarah;
Pengalaman ini, pengembara tau caranya.

Malam kelam ombak dahsyat dan kitaran ganas;
Adakah caranya uji pantai tau tempat kita?

Menghadapi gairahku kumusnahkan maruah diri;
Dapatkah rahsia bertahan andainya orang berkabar tiap hari?

Hafiz, kalau ingin hadir Tuhan, usahlah mungkir;
Waktu kaukunjungi Yang Tercinta:”Selamat!” ucapkan pada dunia.

Hafiz al-Shirazi, Tongue of Hidden, 1988:29
Terjemahan: Dato Dr Ahmad Kamal Abdullah (Kemala)


Hari-Hari Tak Pernah Panjang

November 5, 2007

Hari-Hari Tak Pernah Panjang

Kita bagaikan berjodoh
di pertemuan ini
memang kutahu
senyum manjamu
ukiran kehendak
yang enggan kutolak.
kita relakan bahang mendakap
hidup ini telah terlempar
dari sedar ke lelap
kita pengira yang alpa
pada peralihan yang berulang
dan debukota mendakap kita
yang kini menerima
kehadiran nafasnya.

hari-hari tak pernah panjang
atau singkat
cuma dilamakan oleh
kerisauan
dicepatkan oleh kelalaian.

~ Rahman Shaari


Fatimah ~ Seddiqeh Vasmaqi

Oktober 30, 2007

Setiap fajar pagi dan tirai malam menjelang aku terusik,
Sebab namamu senantiasa terlantun dalam derita
Namamu membuatku galau
Namamu mengirimkan semangat alam benak dan kalbu
Kalbuku adalah tempat meratapi deritamu
Memahami erti deritamu adalah masalahku
Berjuta-juta orang mengeluh
Sebab apa dikau menangis!
Apabila orang faham akan tangismu
—> seluruh dunia akan ikut menangis
Syurga tak membisu mendengar tangismu
Pun tak diam mendengar misteri agungmu
Mentari penuh mengandung hujan menahan beban deritamu
Kala tangan Ilahi menjamahmu dunia
—> dunia pun terpaku
Musim semi pun tiba usai kau tersenyum
Sang suria muncul dari balik wajah cantikmu
Duhai dikau yang bersemayam di atas langit ketujuh
Duhai dikau yang tumbuh dari tanah yang dingin
Duhai dikau yang telah melahirkan kesatria-kesatria perang!
Duhai dikau yang di hadapanmu Saturnus berlutut!
Bersamamu Kitab Suci terpercik darah tersibak
Bersamamu musim bunga tulip tiba
Kemarahanmu bercampur dengan kemarahan Kebenaran
Belati ditarik dari sangkurmu agar
—> tak tersentuh oleh kesia-siaan
Pusaramu tersembunyi dari kawan mahupun lawan
Mengingatimu menjadikan fikiranku cerah
bahagia dan kadang juga sedih
Dalam fikiranku, dikau bak semangat yang menyala
Dalam fikiranku, dikau bak misteri
Tanpamu jalan menuju cinta menjadi kabur
Sang musafir menjadi longlai dan bisu
Meski kuciptakan bayangan wajahmu dalam fikiranku
—> tetap saja aku belum mampu mendekatimu
Apa saja yang kukatakan
—> belum mampu mencitrakanmu!
Siapakah yang mampu melantunkan syair sesuai citramu?

Puisi ini merupakan nukilan Seddiqeh Vasmaqi, dari Universiti Tehran yang cuba memotretkan sosok Fatimah.


Kekayaan Jiwa ~ Syair Arab

Oktober 1, 2007

Kalaupun kekayaan itu hanyalah
kekayaan pada jiwa
walau tidak memakai baju
tidak beralas kaki
bukanlah suatu kepuasan
jika tidak lebih dari sederhana
hanya apabila ia menerima
walaupun kecil
tetapi sudah memadai

~ Syair Arab


Cinta Di Setiap Detik ~ Hafiz al-Shirazi

September 10, 2007

Lautan cinta adalah laut tak berpantai
Tanpa pasrahnya ruh, obat tak tersimpai.

Wajahmu bak bulan sabit ditatap mata asli
Bukan untuk semua mata, bulan baru mengasyikkan.

Ambillah barangan si pemabuk lebuh raya
Khazanah ini bukan untuk sesiapa saja.

Dan tugas Hafiz bukanlah untuk mengharu-Mu
Aku heran betapa hatimu taklah sekeras teras batu.

Hafiz al-Shirazi

Terjemahan: Kemala (Dato Dr Ahmad Kamal Abdullah), Tongue of Hidden, 1988:36

Cerpen: Parrette

Oleh SM Zakir

Kota Maju

KOTA ini sebuah kota yang sangat maju. Ia terletak di sebelah tebing sungai yang meliuk seperti seekor ular naga yang beku. Dengan jalan raya yang bercabang-cabang dan bertingkat-tingkat jelas memperlihatkan kemajuan perhubungan kota ini. Dari lebuh raya ia boleh dimasuki melalui sebuah tol bertingkat yang dibina seperti sebuah Disneyland. Terpapar perkataan yang bertulis perkataan 'welcome' yang begitu besar menyambut kenderaan berjujut masuk ke kota maju itu. Melepasi kira-kira beberapa kilometer, maka masuklah ke kota maju itu. Lambang yang jelas bahawa kita sedang memasuki gerbang kota maju itu ialah sebuah bangunan besar tersergam yang dibina menyerupai Istana Buckingham. Bangunan ini adalah sebuah pejabat kerajaan yang dibina sedemikian rupa. Namun penduduk dan pengunjung lebih lekat memanggilnya dengan nama Buckingham Palace.

Bergerak terus dari situ, kita akan menemui bulatan besar. Bulatan ini juga bertingkat. Ada jalan di bawahnya, dan tempat pejalan kaki, yang mana pengunjung boleh berjalan kaki melalui jambatan di bawah bulatan, terus naik dan menikmati pemandangan sibuk di sekeliling. Di tengah-tengah bulatan dibina sebuah menara jam, walaupun tidak diberi sebarang nama, tetapi orang ramai menyebutnya sebagai Big Ben � sempena nama menara jam di London itu. Bahkan pemimpin politik, ketua birokrat dan pembesar tempatan juga menyebutnya sebagai, 'Our Big Ben'.


Menyeberang ke hadapan, jika membelok di sebelah kiri, kita akan tiba di sebuah kompleks pejabat yang terdiri daripada beberapa blok dan dibina menyerupai bangunan-bangunan di New York. Nama-nama jalan dan lorongnya dinamakan dengan nama King Street, Queen Street, Prince Street, Princess Street dan cucu-cicit raja dan ratu Inggeris itu. Di sini bukan sahaja kompleks pejabat dan pusat perdagangan moden, tetapi juga pusat makan minum yang berkelas tinggi. Deretan restoran seperti gastopub, deli's, buzzing café, wine & dine, chapel down vineyard yang menghidangkan segala macam juadah seperti cornish pasties, pies, cookies, pizza, pasta, tidak ketinggalan liquor, scotch, whisky, wine dan ... dan ... dan �.

Apa Sudah Jadi

PUSAT perdagangan moden ini tentunya ialah pusat kota maju itu. Suasana di sini tentunya sibuk sekali. Jika kita bergerak ke hadapan lagi, keluar dari pusat kota dan berada antara kota dan tebing sungai itu, kita akan melalui kawasan kebudayaan yang berdiri bangunan-bangunan dari panggung opera sehinggalah disko dan pusat hiburan yang menyediakan persembahan yang pelbagai � dari teater hinggalah persembahan muzik jazz, folk, blues, rock, hip hop dan sebagainya. Pusat hiburan yang paling besar di situ terpampang namanya Castlefield.

Dari Castlefield, kita akan berjalan menuju ke sungai yang meliuk seperti naga besar itu. Kawasan tebing sungai itu dihias indah dan dikenali sebagai Riverside Walk. Di seberang sungai sana terdapat kawasan yang dimajukan menjadi tumpuan kerana pelbagai tempat menarik. Untuk menuju ke seberang sana, dapat pergi dengan berjalan kaki melalui sebuah jambatan yang dinamakan Waterloo Bridge. Seberang sungai yang dikenali sebagai Napaleon Square sebagai menghormati Jenderal Peranchis itu terdapat kawasan beli-belah yang paling terkenal di kota itu iaitu Camden Town Market yang berhujung dengan lorong beli-belah barangan berjenama Eropah yang diberi nama Abbey Road.

Terdapat sebuah kawasan lapang yang dibina sebuah pancuran air yang sangat cantik diberi nama Diana Memorial Fountain sempena nama puteri Inggeris yang terkenal, mati dalam kemalangan kereta dahulu. Melepasi pancuran air itu terbangun kompleks persembahan terbuka yang disebut sebagai Panteon Rome. Arca dan patung dewa dewi Yunani menghiasi ruang hadapan bangunan ini. Juga sebuah kompleks persembahan tertutup yang dinamakan Broadway Park. Di dalam kompleks itu terdapat sebuah dewan pementasan teater yang terkenal sekali iaitu Royal Exchange Theatre. Di dalamnya dipersembahkan teater-teater klasik daripada karya Shakespears kepada legenda King Arthur, karya Roman purba dari Odiepus ke Othello sehinggalah karya-karya klasik moden seperti Midsummer Night's Dream dan sebagainya.

Di sebelah panggung ini terdapat sebuah panggung wayang untuk kelas elit yang dinamakan Prince Charles Cinema. Ia menayangkan filem-filem seni Perancis di samping filem popular Hollywood. Semua binaan bangunan dibina dengan bentuk seni bina Inggeris bercampur seni bina Perancis dan Itali. Namun perancangan bandar ini diatur sebegitu rupa sehingga terlihat pembahagian kategori seni bina mengikut kawasan, beratur dari kompleks bangunan yang didirikan dengan seni bina neo-gothic kepada seni bina zaman renaissance kepada kompleks dengan seni bina mediaval kepada seni bina Victorian sehinggalah kepada seni bina georgian yang berakhir di tebing sungai. Setiap kompleks bangunan ini ditandai dengan kawasan lapang yang berpancuran dinamakan St Austell di sebelah barat, St Ives di sebelah timur, St Peter di sebelah utara dan St Oswald di sebelah selatan.

Alangkah Peliknya!

KEMBALI kepada perjalanan di panggung teater tadi, melepasi kawasan pementasan tersebut berdiri beberapa buah bangunan yang agak ganjil dengan seni bina english gothic. Ia adalah kompleks muzium yang menempatkan beberapa muzium antara yang terkenal ialah Beatles Museum yang menampilkan sejarah kumpulan muzik itu, Madame Tussauds Wax Museum iaitu sebuah muzium lilin tokoh-tokoh terkenal Barat dan Walker Art Galery yang mempamerkan replika karya-karya Van Gogh, Rembrandt dan Micheangelo. Di hujung bangunan muzium ini terdapat sebuah kompleks perpustakaan yang besar bernama Bodlein Library. Di sini terpamer karya-karya Jane Austen, Matthew Arnold, Oscar Wilde, TS Eliot, William Wordsworth dan sebagainya. Tidak ketinggalan karya-karya kaum romantis Perancis. Kegiatan membaca puisi dan karya penulis Barat ini menjadi acara harian di sebuah pub yang dinamakan Edinburgh Literary Pub.

Kota maju ini ternyata adalah sebuah wajah kota Eropah yang dibina di Timur. Corak dan identiti Inggeris bercampur dengan Perancis, Itali bahkan tergaul juga Sepanyol dan Jerman. Kota maju yang sangat cemerlang dan gemilang ini ialah kota masyhur yang bernama Parrette. Ya, nama kota maju ini ialah Parrette. Ramai juga yang tertanya-tanya tentang namanya. Ya, tertanya mengapa berbunyi Perancis dan bukan British sedangkan bahasa yang hampir 70 peratus digunakan untuk menamakan jalan, bangunan dan sebagainya adalah bahasa Inggeris. Jawapan yang diberikan oleh pemimpin politik di kota itu, ialah masyarakat harus membebaskan fikiran dan jiwa mereka daripada terjajah dengan ikon British. Kerana Perancis mempunyai sejarah Napoleon yang berperang menyaingi British suatu ketika dahulu, maka menggunakan nama yang berbau Perancis dapat menunjukkan semangat penentangan terhadap penjajahan British itu. Begitu kata pemimpin politik dengan semangat yang berdegar-degar.

Tiada Siapa Peduli

TIADA sesiapa lagi yang bertanya mengapa namanya begitu jauh lari daripada nama asalnya yang kini seperti terpadam daripada sejarah. Masyarakat di sini amat malu jika ada sesiapa menyebut atau mengingati nama asalnya. Muhammad Nur diam di tepi sungai melihat wajah kota dan masyarakat yang kini hanyut entah di kayangan mana.

Dahulu nama kota ini ialah sebuah bandar kecil. Namanya Parit. Masyarakat penghuninya ialah orang-orang Melayu. Tetapi sesudah 50 tahun diperkenalkan dasar liberalisasi, bandar kecil yang namanya Parit itu tiba-tiba berubah dengan amat pelik sekali. Bukan sahaja bangunan dan rupanya tiba-tiba menjadi kota Barat, tetapi orang-orang yang kulitnya sawo matang yang dahulu bernama Melayu kini sudah tidak bernama Melayu lagi. Nama mereka bukan nama ada nama Melayu lagi. Ada yang pangkal namanya berbau Melayu, tetapi di hujungnya Eropah atau Latin atau Russia barang kalinya. Ada yang pangkal nama Eropah, hujungnya sedikit berbunyi Melayu. Namun yang banyaknya, pangkal dan hujung sudah tidak ada bunyi nama Melayunya lagi. Kehidupan masyarakat hari ini semuanya bebas. Bebas. Bebas lakukan apa saja asal tidak melanggar hak asasi. Hak asasi adalah agama utama masyarakat pada hari ini. Atas nama hak asasi, hukum dan syarak agama boleh sahaja dilanggar, diterbalikkuang, bahkan dinyahkan. Lebih pelik lagi, yang membuatkan tidak wujud lagi pengkelasan bangsa ialah satu-satu bahasa yang digunakan sekarang ialah bahasa Inggeris, dengan bahasa keduanya bahasa Perancis. Tidak ada lagi bahasa Melayu dan bangsa yang dahulu wujud sebagai bangsa Melayu itu sudah tidak ada lagi kerana mereka sudah tidak lagi menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu sudah hampir-hampir pupus.

Palsukah Aku

SATU-SATUNYA orang di sini yang masih tahu berbahasa Melayu dengan lancar dan menggunakan nama Melayu ialah Muhammad Nur. Dahulu ada kumpulan yang berjuang untuk mengembalikan bahasa Melayu dan budaya Melayu, tetapi pemimpin-pemimpin Melayu yang berkuasa pada masa itu pantas menindas perjuangan mereka. Mula-mula mereka digelar perkauman dan diperangi sebagai anasir subversif dalam negara. Tetapi kemudian sebagai pukulan akhir untuk menghapuskan golongan ini, maka label pengganas pula diberikan kepada mereka. Kumpulan ini pun diperangi dalam dan luar negara secara psikologi dan fizikal. Setelah hilangnya seorang demi seorang pemimpin kumpulan ini akibat tua dan meninggal dunia, maka berkuburlah perjuangan untuk mengembalikan bahasa, budaya dan amalan seharian orang Melayu. Bahkan agama Islam yang dahulunya agama rasmi sekarang hanya sama tarafnya dengan agama-agama ritual yang lain. Agama hanya menjadi tanda perayaan sahaja, itupun dicampur dengan segala macam perayaan lain. Agama utama ialah hak asasi.

Kota Parrette ini berdiri dengan segala kepalsuan. Ia adalah sebuah kota tiruan. Bukan sahaja kota tetapi masyarakatnya, manusianya juga adalah tiruan. Tiada yang asli lagi di sini. Bangsanya juga palsu. Satu-satunya penyebab kepada segala kehancuran dan kepupusan Melayu ini ialah bangsa Melayu itu sendiri. Mereka sendirilah yang menghancurkan bahasa Melayu mereka sendiri. Budaya Melayu mereka sendiri. Islam mereka sendiri dan tamadun Melayu mereka sendiri. Pemimpin-pemimpin Melayu yang memperjuangkan kepentingan kuasa dan diri mereka serta orang Melayu yang mulanya tidak mahu berbahasa Melayu dan berakhir dengan tidak mahu menjadi orang Melayu lagi � adalah punca kepada semua malapetaka ini.

Muhammad Nur merenung sungai yang mengalir antara tembok batu tebingnya. Di atas sungai itu diturap bahan lut sinar sehingga boleh dilihat aliran airnya. Ada ikan-ikan dan mergastua air yang bermain di dalamnya. Tetapi seperti kota Parrete yang palsu dan tiruan ini; sungai itu juga sebenarnya adalah palsu dan tiruan. Ia sebenarnya adalah bahan lut sinar yang dipancar dengan teknologi laser sehingga mewujudkan air dan ikan serta isi sungainya. Sebenarnya tidak ada setitik air pun di situ lagi. Tidak ada ikan-ikan dan hidupan di situ lagi. Sungai itu adalah palsu dan tiruan seperti kota ini juga. Muhammad Nur � melihat hari semakin gelap dan meraba-raba dirinya yang mungkin juga adalah manusia yang palsu.

Info

SM ZAKIR atau nama penuhnya Syed Mohd Zakir Syed Othman, dilahirkan pada 4 Februari 1969 di Kota Bharu, Kelantan. Mula menulis pada 1990 dan sudah menerima puluhan anugerah sastera kebangsaan termasuk Hadiah Sastera Perdana kategori Buku Kumpulan Cerpen 1994/95 (Merengkuh Langit) dan Anugerah Sastera Kelantan kategori Buku Kumpulan Cerpen (Sekuntum Kembang di Sayap Jibril). Antara anugerah sastera lain untuk cerpen, puisi dan esei ialah Hadiah Sastera Perdana Malaysia, Hadiah Sastera Kumpulan Utusan, Hadiah Sastera Utusan-ExxonMobil, Hadiah Sastera DBP-Mayban, Hadiah Sastera 100 tahun Kuala Lumpur DBP-DBKL, Hadiah Formula Malaysia, Anugerah Sastera Negeri Kelantan dan Anugerah Gaffim. Empat kumpulan cerpen Merengkuh Langit (DBP. 1995), Sekuntum Kembang di Sayap Jibril (Penerbitan Pustaka Nusa. 2001), Menyirat Nirmala (DBP. 2004), Sekeping Roh di Atas Bantal (Penerbitan Pustaka Nusa. 2005) dan dua kumpulan sajak, Memburu Malaikat (Penerbitan Pustaka Nusa. 2007) dan Sajak-sajak Petualang: Manusia Mimpi (Penerbitan Pustaka Nusa. 2009). Beliau kini penulis bebas di samping menjalankan penerbitan sendiri.

1.1.02

Kata-kata ~ Abdul Rahim Idris

September 5, 2008

Kau binalah kota dari kata-katamu
jika tidak
ia hanya tinggal nista
yang giat membata dosa

Abdul Rahim Idris
Kuala Lipis
10 October 2003


Kemboja ~ Abdul Rahim Idris

Julai 28, 2008

Tak perlu kau jadi mawar merah
kerana aku ini kekasih sejati

Lalu, usahlah kau sedih dan menyisih
biarlah sekadar kemboja suci nan putih

Mari aku belai kuntum hatimu
“bukankah kau juga bunga?”

Paling tidak, bilaku tiada nanti
pohonmu masih menghias dadaku

Biar hancur, diremuk musim gugur
kita setia dimamah kubur.

~ ABDUL RAHIM IDRIS


Bulan ~ Abdul Rahim Idris

Jun 13, 2008

Cuba kau berlari dan melompat ke bulan
cubalah, sejauh mana kau boleh pergi
dapatkah kau lakukan?
dapatkah?

Cuba pejamkan matamu, bayangkan
kau sedang berlari dan melompat ke bulan
cubalah, pasti kau di sana sekarang
asyik?

Kau kini berada di bulan – tempat idamanmu
(sekarang dibulan kononnya)
cuba kau buka matamu
kini, kau berada dimana sebenarnya?
~ Abdul Rahim Idris


Dan saat kau lepaskan pesawat kertasmu

Jun 6, 2008

… dan saat kau lepaskan pesawat kertas yang ada ditanganmu itu ke udara, pantas ia meluncur membelah angin, mendarat dan lesap di padang rumput yang tak bernama.

tapi sebenarnya sebelum sempat ia mendarat, bayang-bayangnya telah terlebih dahulu terhempas dan terbakar di atas rumput-rumput dek tembakan terik matahari yang tegak di atas kepalamu itu.

selepas itu:
pesawat kertasmu tiba-tiba lesap entah kemana
ada setompok rumput terbakar hangus
padang itu masih lagi tak bernama
bayang-bayang pesawat kertas menjadi debu-debu
matahari masih tegak berdiri di atas kepalamu
kau masih terpinga-pinga.

hari itu sebenarnya entah siapa yang paling malang diantara pesawat kertas, rumput-rumput hangus, padang yang tak bernama, bayang-bayang pesawat kertas, matahari yang masih tegak di atas kepalamu atau pun engkau — yang masih belum tahu pun entah apa namanya tempat kau berdiri itu.

ABDUL RAHIM IDRIS
Bandar Jengka, Pahang


Bangga ~ Abdul Rahim Idris

Mei 30, 2008

Buah itu bangga
kerana bijinya menghasilkan benih
pokok pula bangga
kerana buah tumbuh didahannya
kau paling bangga
lantaran tanganmu menanamnya
tapi tak pernah kau tanya perasaan-Nya –
Yang Menghidupkan

~ Abdul Rahim Idris


Kulit ~ Abdul Rahim Idris

Mei 26, 2008

Jangan lihat pada kulit
Belum tentu
Yang hodoh itu jahat
Belum tentu
Yang cantik itu baik
Jangan lihat pada kulit
Belum tentu
Yang hodoh itu baik
Belum tentu
Yang cantik itu jahat
Jangan lihat pada kulit
Belum tentu
Belum tentu
Belum tentu

Abdul Rahim Idris
19 October 2003


Kalau Kita Menjadi Kayu ~ Abdul Rahim Idris

Mac 17, 2008

Kalau kita menjadi kayu
biarlah jadi gaharu
atau cendana wangi dan bernilai tinggi
atau paling tidak jika terpaksa,
cukuplah jadi kayu api asal punya harga diri

Tetapi,
jika mahu jadi kayu majal,
keras dan padu seperti cengal,
keruing atau meranti itu juga pilihanmu cuma,
jangan pula nanti
sampai sanggup jadi hulu
yang rela diperkuda kapak
hingga tergamak menetak kaum sendiri

• Petikan sajak dari Koleksi Hadiah Sastera Utusan 2005