Penaja

31.10.09

HUTAN WARISAN (Puisi iDAN)

(Itulah sebaiknya kita kembali kepada Dia)

Jika akar iman kita semakin kaku
sering diasak gangguan bisa dunia
sering kering jampi serapah harapan
daun kasih kita bagaikan garing
gugur pada daki riba tanah alpa
bunga rindu tidak lagi seharum dulu
malahan diri ini bagaikan dicabut
dipindahkan ke belantaran sepi
tekad & khudrat kenalah dikuatkan.

Ada ketika sengketa itu mengajak kita
agar segera memikirkan soal berhijrah
bukan kita memutuskan ukhuwah
bukan kita mencari musuh dalam berdakwah
seyogia ada antara kita sememangnya
menjadi gunting dalam lipatan
menjadi musuh dalam selimut
di depan kita terikat segala perjanjian
sebaliknya sewenang-wenangnya
al-Quran dihumban al-Sunnah diabai
tindak-tanduk semakin menghimpit & menjerat
apakah masih mahu sembah beradat.

Hutan warisan ini semakin gondol
hutan batu ini pula semakin panas & gugur
top-top kita juga akan digegar gempa & murka Ilahi
sementelah jika kita tidak saling memahami.


Puisi ini diilhamkan dari catatan: Ibuyon

24.10.09

Puisi WS Rendra i

Kelelawar ~ W.S Rendra

Januari 7, 2008

Silau oleh sinar lampu lalulintas
Aku menunduk memandang sepatuku.
Aku gentayangan bagai kelelawar.
Tidak gembira, tidak sedih.
Terapung dalam waktu.
Ma, aku melihatmu di setiap ujung jalan.
Sungguh tidak menyangka
Begitu penuh kamu mengisi buku alamat batinku.

Sekarang aku kembali berjalan.

Apakah aku akan menelefon teman?
Apakah aku akan makan udang gapit di restoran?
Aku sebel terhadap cendikiawan yang menolak menjadi saksi.
Masalah sosial dipoles gincu menjadi ######fizika.
Sikap jiwa dianggap maya dibanding mobil berlapis baja.
Hanya kamu yang enak diajak bicara.

Kakiku melangkah melewati sampah-sampah.

Akan menulis sajak-sajak lagi.
Rasa berdaya tidak bisa mati begitu saja.
Ke sini, Ma, masuklah ke dalam saku bajuku.
Daya hidup menjadi kamu, menjadi harapan.

~ W.S. Rendra


Rajawali ~ W.S Rendra

Disember 19, 2007

Sajak Rajawali ~ W.S Rendra

Sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

Rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

Langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat matamorgana

Rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka
W.S Rendra, Kumpulan Puisi ” Perjalanan Bu Aminah “, Yayasan Obor Indonesia – 1997


Biografi W.S Rendra

Disember 18, 2007

WS Rendra

Nama Pena:
WS Rendra

Nama Asal:
Willibrordus Surendra Broto Rendra

Nama Setelah Memeluk Islam:Wahyu Sulaiman Rendra

Memeluk Islam : 12 Ogos 1970

Seniman ini mengucapkan dua kalimat syahadah pada hari perkahwinannya dengan Sitoresmi pada 12 Ogos 1970, dengan disaksikan dua lagi tokoh sastera Taufiq Ismail dan Ajip Rosidi.

Gelaran: Si Burung Merak

Julukan si Burung Merak bermula ketika Rendra dan sahabatnya dari Australia berlibur di Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta. Di kandang merak, Rendra melihat seekor merak jantan berbuntut indah dikerubungi merak-merak betina. “Seperti itulah saya,” tutur Rendra spontan. Kala itu Rendra memiliki dua isteri, iaitu Ken Zuraida dan Sitoresmi.

Tempat Lahir: Solo, Jawa Tengah.

Tarikh Lahir: 7 November 1935.

Tarikh Meninggal Dunia : Khamis, 6 Ogos 2009 pukul 22.10 WIB di RS Mitra Keluarga, Depok.

Dimakamkan selepas solat Jumaat 7 Ogos 2009 di TPU Bengkel Teater Rendra, Cipayung, Citayam, Depok.

Agama:
Islam

Isteri:
- Sunarti Suwandi (Nikah 31 Mac 1959 dikurniakan lima anak: Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Cerai 1981)
- Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat (Nikah 12 Ogos 1970, dikurniakan empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati. Cerai 1979)
- Ken Zuraida (dikurniakan dua anak: Isaias Sadewa dan Maryam Supraba).

Pendidikan:
- SMA St. Josef, Solo
- Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
- American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967)

Sebahagian Karya-Karya Rendra:

Drama
Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
Bip Bop Rambaterata (Teater Mini Kata)
SEKDA (1977)
Selamatan Anak Cucu Sulaiman
Mastodon dan Burung Kondor (1972)
Hamlet (terjemahan karya William Shakespeare)
Macbeth (terjemahan karya William Shakespeare)
Oedipus Sang Raja (terjemahan karya Sophokles)
Lisistrata (terjemahan)
Odipus di Kolonus (terjemahan karya Sophokles),
Antigone (terjemahan karya Sophokles),
Kasidah Barzanji
Perang Troya Tidak Akan Meletus (terjemahan karya Jean Giraudoux) Panembahan Reso (1986)
Kisah Perjuangan Suku Naga

Puisi
Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
Blues untuk Bonnie
Empat Kumpulan Sajak
Jangan Takut Ibu
Mencari Bapak
Nyanyian Angsa
Pamphleten van een Dichter
Perjuangan Suku Naga
Pesan Pencopet kepada Pacarnya
Potret Pembangunan Dalam Puisi
Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
Rick dari Corona
Rumpun Alang-alang
Sajak Potret Keluarga
Sajak Rajawali
Sajak Seonggok Jagung
Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
State of Emergency
Surat Cinta
Pranala luar

Kegiatan Lain:
Anggota Persilatan PGB Bangau Putih

Penghargaan:
Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954)
Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)
Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)
Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969)
Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970)
Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)
Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
Penghargaan Adam Malik (1989)
The S.E.A. Write Award (1996)
Penghargaan Achmad Bakri (2006).

Biodata:
WS Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Rendra dilahirkan di Solo, 7 November 1935. Beliau mendapat pendidikan di Jurusan Sastera Barat Fakultas Sastra UGM (tidak tamat), kemudian memperdalam pengetahuan mengenai drama dan teater di American Academy of Dramatical Arts, Amerika Syarikat (1964-1967).

Sekembali dari Amerika, beliau mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1967 dan sekaligus menjadi pemimpinnya. Pada perkembangannya, Bengkel Teater dipindahkan oleh Rendra ke Depok.

Tahun 1971 dan 1979 dia membacakan sajak-sajaknya di Festival Penyair International di Rotterdam. Pada tahun 1985 beliau mengikuti Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman. Kumpulan puisinya; Ballada Orang-orang Tercinta (1956), 4 Kumpulan Sajak (1961), Blues Untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), Potret Pembangunan dalam Puisi (1980), Disebabkan Oleh Angin (1993), Orang-orang Rangkasbitung (1993) dan Perjalanan Aminah (1997).

Puisi Terakhir WS Rendra

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu

~ Allahyarham Rendra menulis puisi ini saat ia terbaring di rumah sakit Mitra Keluarga, Depok, 31 Julai lalu.

Untuk membaca puisi-puisi Rendra, sila klik sini.

—————————————————–

Pemergian Rendra

Penyair ternama WS Rendra atau lebih terkenal dengan panggilan ‘Burung Merak’ meninggal dunia pada usia 74 tahun di Hospital Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat, pukul 10 malam Khamis 6 Ogos 2009.

Penyair dan pelakon drama yang nama penuhnya Wahyu Sulaiman Rendra meninggalkan 11 orang anak hasil daripada tiga pernikahannya.

Rendra terkenal dengan sajak-sajaknya yang penuh dengan sindiran dan kritikan cukup mahir memainkan emosi penonton ketika melakukan persembahan.

Beliau yang lebih akrab dipanggil Willy mencurahkan sebahagian besar hidupnya terhadap dunia sastera dan teater. Menggubah serta mendeklamasi puisi, menulis skrip serta berlakon drama merupakan kemahirannya yang tidak ada bandingan.

Hasil seni dan sastera yang digarap cukup dikenali oleh peminat seni tempatan mahupun dari luar negara.

Allahyarham bukanlah penyair biasa. Sajak dan puisinya padat dengan nada protes. Jadi tidak hairanlah Kerajaan Indonesia pernah mengharamkan karya beliau daripada dipersembahkan pada tahun 1978.

Tidak hanya sajak dan puisi yang sering menyebabkan rasa tidak puas hati kerajaan, bahkan dramanya yang terkenal berjudul SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor juga menjadi sasaran.

Di samping karya berbau protes, sasterawan kelahiran Solo, 7 November 1935 ini juga sering menulis karya sastera yang menyuarakan kehidupan kelas bawahan seperti puisinya yang berjudul Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta dan puisi Pesan Pencopet Kepada Pacarnya.

Beliau mengasah bakat di dalam bidang tersebut sejak menuntut di Fakulti Sastera dan Kebudayaan Universiti Gajah Mada. Pada ketika itu cerpennya disiarkan di majalah seperti Mimbar Indonesia, Basis, Budaya Jaya dan Siasat.

Dia juga menimba ilmu di American Academy of Dramatical Art, New York, Amerika Syarikat. Sekembalinya dari Amerika pada tahun 1967, jejaka yang tinggi lampai dan berambut panjang itu menubuhkan bengkel teater di Yogyakarta.

Tidak lama bengkel teater tersebut dipindahkan ke Citayam, Cipayung, Depok, Jawa Barat. Oleh kerana karya-karyanya yang begitu gemilang, Rendra beberapa kali pernah tampil dalam acara bertaraf antarabangsa. Sajaknya yang berjudul Mencari Bapak, pernah dibacakannya dalam acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-118 Mahatma Gandhi pada 2 Oktober 1987, di depan para undangan The Gandhi Memorial International School Jakarta.

Beliau juga pernah ikut serta dalam acara penutupan Festival Ampel Antarabangsa 2004 yang berlangsung di halaman Masjid Al Akbar, Surabaya, Jawa Timur, 22 Julai 2004.

Meskipun sudah terkenal, ternyata masih banyak keinginan WS Rendra yang belum dipenuhi dan semua dirakamkan dalam sebuah puisi yang dibuatnya beberapa hari sebelum Si Burung Merak tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir.

“Dia meninggalkan satu puisi, puisi itu menyebutkan bahawa masih banyak keinginannya tetapi dia tidak mampu. Jadi semangat masih ada tapi dia tidak mampu mengatasi situasi dirinya yang semakin lemah,” kata salah seorang sahabat Rendra, sasterawan Jose Rizal Manua.

Puisi itu dibuat Rendra tiga atau empat hari lalu ketika masih dirawat di hospital dan puisi tersebut disampaikan oleh salah seorang anak perempuan Rendra.

Dari segi perkahwinan – isteri pertama Rendra, Sunarti terlebih dahulu meninggalkannya. Daripada perkahwinan dengan Sunarti, Rendra dikurniakan lima orang anak iaitu Tedy, Andre, Clarasinta, Daniel Seta dan Samuel.

Sementara isteri keduanya bernama Sitoresmi. Rendra memiliki empat orang anak hasil perkahwinan itu dan mereka ialah Yonas, Sara, Naomi dan Rachel. Namun Sitoresmi dan Rendra akhirnya bercerai. Ken Zuraida adalah wanita terakhir yang dinikahi Rendra dan memperolehi dua orang anak iaitu Isayasa Sadewa dan Mariam.

Kini dunia seni kehilangan sosok Rendra, tetapi Si Burung Merak itu akan terus menjadi inspirasi kepada generasi muda pencinta seni.


Pamflet Cinta ~ W.S. Rendra

Disember 12, 2007

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.

Aku menyaksikan zaman berjalan kalang-kabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindui wajahmu.
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justeru menciptakan ketakutan dan ketegangan.
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sihat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan.

Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjadi kaca.
Bunga-bungaan yang ajaib bertebaran di langit.
Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.

Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
Bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan?
Udara penuh rasa curiga.
Tegur sapa tanpa jaminan.

Air lautan berkilat-kilat.
Suara lautan adalah suara kesepian
Dan lalu muncul wajahmu.

Kamu menjadi makna.
Makna menjadi harapan.
… Sebenarnya apakah harapan?

Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.
Aku tertawa, Ma!
Angin menyapu rambutku.
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.

Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.
*Punggungku karatan aku seret dari warung ke warung.
Perutku sobek di jalan raya yang lenggang…
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.
Aku menulis sajak di bordes kereta api.
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.

Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,
Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.

Lalu muncullah kamu,
Nongol dari perut matahari bunting,
Jam dua belas seperempat siang.
Aku terkesima.
Aku disergap kejadian tak terduga.
Rahmatku turun bagai hujan
Membuatku segar,
Tapi juga menggigil bertanya-tanya.
Aku jadi bego, Ma!

Yaaahhhh, Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,
Dan sedih karena kita sering terpisah.
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.

Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih?
Bahagia karena nafas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena fikiran diliputi bayang-bayang.
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.

W.S. Rendra
( Koleksi Puisi² Willibordus Surendra)


Bahawa Kita Ditatang Seratus Dewa ~ W.S Rendra

September 3, 2007

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara engkau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerana setiap orang mengalaminya
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahsia langit dan samodra
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
tetapi demi kehormatan seorang manusia.
kerana sesungguhnya kita bukanlah debu
meski kita telah reyot,tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorang pun berkuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak peranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana dahulu kita tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi,dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerana bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan,manusia sesama,nasib dan kehidupan.
Lihatlah! sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahawa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dr kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa hidup kita ditatang seratus dewa.
W.S Rendra
1972


Nina Bobok Bagi Pengantin ~ W.S Rendra

April 25, 2007

Awan bergoyang, pohonan bergoyang
antara pohonan bergoyang malaikat membayang
dari jauh bunyi merdu loceng loyang

Sepi, syahdu, rindu
candu rindu, ghairah kelabu
rebahlah, sayang, rebahlah wajahmu ke dadaku

Langit lembayung, pucuk-pucuk daun lembayung
antara daunan lembayung bergantung hati yang ruyung
dalam hawa bergulung mantera dan tenung

Mimpi remaja, bulan kenangan
duka cinta, duka berkilauan
rebahlah sayang, rebahkan mimpimu ke dadaku

Bumi berangkat tidur
duka berangkat hancur
aku tampung kau dalam pelukan tangan rindu

Sepi dan tidur, tidur dan sepi
sepi tanpa mati, tidur tanpa mati
rebahlah sayang, rebahkan dukamu ke dadaku.

~ W.S Rendra

Dipetik dari 4 Kumpulan Sajak

Penyair Timur Tengah i

Fitnah ~ Puisi Arab

Jun 6, 2007

Dia berikan kepada engkau
dari hujung lidah
ucapan-ucapan yang manis
sedang perbuatan selalu mencurigakan
sebagai perbuatan serigala

~ Puisi Arab


Cahaya ~ Al-Kindi

Jun 3, 2007

Jangan tiru perangai lampu
menerangi orang lain
tetapi dirinya sendiri terbakar
tetapi contohilah perangai bulan
tiap kali bertentangan
dengan mentari
ia mendapat cahaya baru

~ Al-Kindi


Berdoalah ~ Puisi Arab

Mei 9, 2007

Berdoalah kepada Yang Maha Pencipta
moga kebahagiaan menjelma
biar jiwa kita terubat dengan harapan
maka janganlah sekali-kali menyerah
kerana jika kita mengalah
sesungguhnya kita telah membunuh harapan
seseorang yang paling dekat dengan kebahagiaan
adalah orang yang percaya harapan sentiasa ada

~ Puisi Arab


Kekasihku ~ Mahmud Varraq Haravi

April 30, 2007

Kasihku! Tidak kubuang
biar untuk hidup lain
begitu mahal nilai
dirimu tak kugadai

Kau kutarik
rapat ke jiwaku
hingga aku maut
kukorbankan hayat
namun dirimu
tak kulepas…..

~ Mahmud Varraq Haravi


Puisi Penyair Sufi Fariduddin ‘Aththar

April 20, 2007

Ketika Ya’qub berangkat untuk mengunjungi putranya,
dan meninggalkan Kanaan untuk pergi ke Mesir,
orang-orang Mesir menghiasi negeri mereka
dari ujung yang satu ke ujung yang lain.
Ketika Zulaikha mengetahui hal ini
dia menjatuhkan dirinya ke atas tanah,
sama sekali tak berdaya
dia menutupi kepalanya dengan kerudung
dan membungkuk dengan rendah hati ke sisi jalan.
Kebetulan pula, Yusuf harus melewati tempat ini;
dia melihat orang yang sedih dan terluka.
Tinggi di atas kudanya, dengan cambuk di tangan,
dia menemukan wanita yang amat-sangat mencintainya.
Suatu keluhan meluncur keluar dari lubuk hatinya,
yang hasratnya membuat cambuk itu semakin membara,
dan, ketika api semakin membesar,
Yusuf, yang paling menyedihkan, menjatuhkan cambuknya.
Zulaikha berkata, “Wahai engkau dengan iman begitu
murni. Tidakkah keterlaluan bagimu, bahwa engkau tidak mampu menahannya!
Api ini meloncat keluar dari hatiku
dan kau tidak mampu memegangnya di tanganmu?
Api yang telah memenuhi diriku selama bertahun-tahun,
tidak dapatkah engkau memegangnya sekejap saja?
Engkau, yang Pertama dari semua kaum beriman, dan
aku seorang wanita!
Begitukah caramu menunjukkan ketaatan?”

~ Attar


Tentang Keimanan dan Akhlak

April 16, 2007

Ketahuilah, bahawa DIA Yang Memiliki semua perbendaharaan di segenap langit dan bumi telah mengizinkan engkau berdoa kepadaNya.
DIA telah berjanji menerima doamu.
Dan DIA telah memerintahkanmu menunjukkan
permohonan kepadaNya
agar DIA memberimu apa yang kauminta; dan juga yang
mendambakan rahmatNya agar Ia melimpahkannya atas dirimu. Tidak seorangpun yang dapat menjadi penghalang antara kau dan DIA.

Tiada IA mencegahmu bertaubat
bila kau melakukan kejahatan,
dan tiada pula IA menyegerakan pelaksanaan hukuman bila kau melanggar laranganNya.
IA tidak mengejekmu bila kau akhirnya kembali kepada-Nya,
dan tidak membeberkan rahsia-rahsia dosamu meski yang demikian itulah yang lebih patut bagimu.
IA takkan mempersulit penerimaan taubatmu,
tidak mengungkit-ungkit kesalahanmu,
dan tidak akan pernah membuatmu merasa putus asa akan rahmatNya.
Bahkan bila kau mengurungkan niatmu untuk melakukan dosa, IA akan menghitungnya sebagai suatu perbuatan baik yang layak diberi pahala.
IA hanya menghitung pelanggaran yang kau lakukan sebagai satu kali dosa,
akan tetapi perbuatan baik yang kau lakukan akan dihitungNya sepuluh kali lipat pahalanya !

PintuNya selalu terbuka bagimu bila kau kembali kepadaNya.
Kesempatan diberikanNya kepadamu bila kau ingin memperbaiki dirimu di hadapanNya.
Bila kau memanggilNya, IA mendengar panggilanmu itu. Bila kau bermunajat denganNya,
IA pun mengetahui bisikan hatimu.
Dan kau selalu diberi-Nya
waktu untuk memaparkan kepada-Nya segala hajatmu, mencurahkan segala isi hatimu,
dan mengeluhkan segala kerisauanmu.
Ataupun kau memohon agar IA
menghilangkan segala kesusahanmu serta mengharap pertolongan-Nya atas semua urusanmu.
Atau meminta agar IA melimpahkan bagimu dari khazanah rahmat-Nya,
sebanyak apa saja yang tak mungkin siapapun selain DIA memberikannya,
baik berupa penambahan usia, kesehatan jasmani atau kelapangan rezeki.

DiserahkanNya kepadamu kunci-kunci khazanahNya dengan mengizinkan kau meminta dariNya.
Setiap kali kau ingin, kau dapat mengetuk pintu-pintu
nikmatNya dengan berdoa kepadaNya seraya mengharapkan curahan rahmatNya.
Maka janganlah sampai kau berputus asa bila IA tak segera menjawab permohonanmu.
Sebab pemberianNya selalu seimbang dengan niat yang menyertai setiap permintaan.
Adakalanya jawaban dariNya tertunda untuk sementara,
agar lebih besar ganjaranNya bagi si peminta dan lebih berharga bagi si pengharap.
Dan adakalanya kau memohon sesuatu tetapi tidak memperolehnya.
Namun kau mungkin akan mendapat yang lebih baik, segera atau ditangguhkan sampai waktu lainnya.
Atau hal itu memang sengaja dialihkan agar engkau memperoleh gantinya yang lebih utama.
Sungguh, kau tidak tahu, dalam sesuatu yang kau
minta mungkin saja tersembunyi penyebab kehancuran agamamu sekiranya kau memperolehnya.
Karena itu mohonlah dariNya agar semua permintaanmu ditetapkan kebaikannya untukmu dan dijauhkan keburukannya darimu.
Betapapun juga,
kekayaan yang diberikan kepadamu tak akan berada di tanganmu selamanya,
demikian pula kau tak akan hidup terus untuknya.
Ketahuilah, bahawa kau dicipta untuk kehidupan akhirat, bukan untuk dunia.
Untuk kefanaan, bukan untuk kebaqaan.
Untuk kematian, bukan untuk kehidupan yang langgeng. Dan bahawa kau kini berdiam dalam rumah sementara
dengan keadaan yang hanya mencukupi kebutuhan,
dan dibawa berjalan di atas jalan menuju akhirat.
Dan bahawa kau selalu dikejar oleh maut yang tiada
seorangpun terlepas dari kejarannya,
dan tidak pula mampu menghindarinya.
Ia pasti mencapai mangsanya.

Maka, waspadalah selalu !
Jangan sampai ia mencapaimu ketika kau dalam keadaan yang buruk.
Walaupun barangkali kau pernah membisikkan keinginan
bertaubat ke dalam hati sanubarimu,
namun maut yang datang cepat dapat
menjadi penghalang antara kau dan niatmu itu.
Jika yang demikian itu terjadi,
maka sesungguhnya kau telah menjadi penyebab kebinasaan bagi dirimu sendiri..

(Di petik dari Mutiara Nahjul Balaghah/Wacana dan Surat-surat Imam Ali r.a, penerbit Mizan)


Semuanya Kehendak Allah ~Lukman Hakim

April 9, 2007

Bila engkau memandang,
Segala yang berlaku adalah dari Allah,
Yang menciptakan segalanya,
Yang menimpakan ujian,
Yang menyebabkan segala sakit hatimu,
Yang menyebabkan segala keinginanmu terhalang,
Serta menyusah-nyusahkan hidupmu…

Kerana…
Masakan Allah sengaja mengadakan,
Segalanya untuk sesuatu yang sia-sia,
Bukan Allah tidak tahu deritanya hatimu,
Tapi mungkin itulah yang Dia mahu…

Kerana…
Dia tahu hati yang sebegini selalunya lebih lunak,
Dan mudah lebih dekat dan akrab dengan-Nya…

~Lukman Hakim~


Aku Penulis ~ Nasir-i Khusraw

April 6, 2007

Pemikiranku
pohon baik berbuah
daun mencurah
kemurnian dan ilmu
padaku

Seandai kau lihat
daku sempurna
renunglah bagi si arif
dengan mata tajam

Usah pandang kelemahan ini
ingatlah
akulah penulis
karya melebihi
bintang angkasa ini.

Petikan Divan Nasir-i Khusraw


Puisi Rabiatul Adawiyah

Mac 6, 2007

Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
ketika Kekasih bersamaku
cintaNya padaku tak pernah berbahagi
dan dengan benda yang sana selalu mengujiku
bilakah dapat kurenungi keindahanNya?

Dia akan menjadi mihrabku
dan arahnya menjadi kiblatku
bila kumati kerana cinta, sebelum terpuaskan
akan terseksa dan lukalah aku di dunia ini
oh penawar jiwaku, hatiku
adalah santapan yang tersaji bagi mahuNya
barulah jiwaku pulih jika telah bersatu denganMu
oh sukacita dan nyawaku moga kekal lah
dan diriMu juga berahiku berasal
dari semua benda fana di dunia ini
diriku telah tercerai
hasratku adalah bersatu denganMu
melabuhkan rindu

~Rabiatul Adawiyah


Elegi ~ Fatimah al-Zahra

Mac 4, 2007

Tidak menakjubkan sesiapa pun
yang mencium semerbak pusara Muhammad
tiada lagi akan berbaui air wangi
takdir menyakitiku dengan kehilangan
penuh kesedihan dan kegelapan
jika kegelapan berlaku di siang hari
nescaya hari menjadi malam yang abadi

~Fatimah al-Zahra

(Dari Pengantar Kesusasteraan Arab Klasik)