luka nasib bercerita rekah sawah
menerima sejuta tikam pemberian kemarau
yang berjalan di permatang panjang
sisakan ribuan bilur miris
sakit teriris
di hati para petani
tak juga mau padam perumpamaan bara dihempas hujan deras
atau si bocah kecil kepenatan tertidur pulas
lupakan sekawan rama-rama yang dikejarnya
di laman rumah tadi sore
apakah tak ada ruang dan peluang bagiku
mencelahi sekelompok keluarga yang gelak ketawa
di ujung sengsara membangkai
padahal burung-burung ada senjanya untuk pulang ke sarang
angin pun tidak selalu bertiup satu arah
begitu juga sungai mengalir sampai muara di mana ada
namun luka nasib
sepertinya tidak tahu membaca fenomena itu
namun aku tetap bekerja kuat
mempersolek raut wajah nasib
sehingga tersentuh bulan dikalungi seribu wangi
dari kembang yang disukai bidadari
segala ranjau di jalan kutapaki dengan tabah & bijaksana
kiranya Tuhan ingin mengukur iman
apakah berada di gunung
atau hanya tergantung di ranting kering
menanti patah?
Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka
[telah tersiar di Berita Minggu 23/1/2011]